Sunday, August 28, 2011

Kehancuran Negara dan Revolusi Tanpa Senjata


picture source: Cris Escher

Ini adalah percakapan antara saya dan seorang pensiunan AD yang tak pernah berhenti dengan jiwa prajuritnya, kami melihat negara ini dengan cara yang sama. Sama-sama geram, sekaligus optimis. Optimis dengan adanya gerakan perubahan untuk lebih baik.
Dan ini adalah pertemuan penilaian gagasan-gagasan dua generasi yang mencintai negeri Indonesia mereka, saat menjadi amil zakat fitrah Ramadhan ini.

Menurut Anda seperti apakah negara kita saat ini?
Jika kita berbicara mengenai negara, maka kita berandai-andai berada di dalam sistem pemerintahan. Pemerintahan adalah adanya hubungan komando antara tukang perintah dan yang diperintah. Di dalamnya ada kedaulatan negara dan kerelaan tiap unsur-unsurnya yang berupa rakyat dan bentuk-bentuk privat lainnya untuk diatur dalam suatu sistem, kerelaan mereka ini yang ada dalam negara adalah secara sukarela (namanya juga rela). Kedaulatan hidup dan kebebasan tiap individu dalam negara dipercayakan kepada sistem yang sekiranya dapat melindungi diri mereka dari buasnya kehidupan liar. Hal ini kita pelajari dalam dasar pengenalan tentang bentuk asal-usul negara.

Pada kenyataannya kegelisahan rakyat sudah sedemikian kurang dapat diserap dan diimplementasikan pemetintah dalam bentuk kebijakan-kebijakan praktisnya dengan baik. Kerelaan untuk diatur dan kurangnya perhatian Negara kepada masyarakat yang diaturnya sungguh bukanlah hal yang jujur dan seimbang, bukan suatu hubungan timbal-balik yang bermanfaat dan berjalan baik. Arogansi Negara sudah dirasakan oleh rakyat dengan jelas pada berbagai hal, dan tidak diingkari dalam berbagai hal lainnya juga Negara mengambil peran baik dalam mengelola jalannya sistem. Namun, kegelisahan yang cukup luas dalam berbagai unsur kehidupan yang dialami oleh rakyat rupanya tidak dapat dicakup dengan baik oleh para pengelola sistem.

Jika keadaan telah timpang, maka kepercayaan akan surut. Pada akhirnya Negara seperti agama yang sudah mulai berkurang orang-orang yang mengimaninya dengan baik, hanya simbol pada hal-hal tertentu. Ke-Indonesia-an bisa jadi hanya muncul dalam Timnas sepakbola bagi sebagian orang, dan tidak ada pada hal lain. Keyakinan masyarakatnya sendiri terhadap Negara dalam menjadi tumpuan hidup kian rentan.

Revolusi Tanpa Senjata
Kita, pada keadaan yang kira-kira mendekati keserupaan dengan keadaan yang memicu revolusi perancis dan beberapa revolusi lain. Saat ketimpangan antara proletar dengan tingginya posisi borjuis dan hilangnya ruang-ruang yang menjadi antara bagi keduanya, kemudian mendorong adanya ketimpangan ekstrim.

Kekuasaan dan uang di negeri ini sudah mampu membeli kebutuhan hukum dan kebutuhan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan soal makan. Yang kaya sudah sedemikian mencolok di antara kita, sedangkan yang kian menuju miskin meningkat dalam jumlah yang luar biasa.
[still typing...]

No comments:

Hukum Penalaran dan Ilmu Hukum

  Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut ultricies efficitur nunc id accumsan. Aliquam quis facilisis felis. Integer...