Showing posts with label philosophy. Show all posts
Showing posts with label philosophy. Show all posts
Monday, May 13, 2013
Thursday, May 9, 2013
Noam Chomsky vs Foucault "Justice vs Power"
when watching, Foucault unable explain in English fluently, there's 'caption menu under the time line of the video, you can turn on to activate, for helping in understanding. only available in France to English.
Democracy, Solidarity and the European Crisis
Here the video of the presentation of lecture delivered by Professor Jürgen Habermas on 26 April 2013 in Leuven.
[some others related link from Leuven website:]
Some pictures from the Leuven for the visit of Professor Jürgen Habermas on 26 April 2013:
[some others related link from Leuven website:]
- Democracy, Solidarity and the European Crisis (full written speech of Professor Jürgen Habermas on 26 April 2013 in Leuven)
- Jürgen Habermas: "Germany holds the key to the fate of the European Union"Interview with Jürgen
- Habermas: "Europe is no longer an elite project"
Some pictures from the Leuven for the visit of Professor Jürgen Habermas on 26 April 2013:
Sunday, December 16, 2012
Habermas: Secuil Pesan Menuju Masyarakat Komunikatif
Habermas selalu menggagas konsep komunikasi bertujuan. Komunikasi adalah cara Habermas mempertemukan teori dengan praksis, dan konsep deterministik atau bertujuan dalam komunikasi ditunjukkan dengan adanya konsep kesepakatan dalam komunikasi antara banyak pihak. Demi tercapainya objektifitas.
Ciri deterministik komunikasi oleh Habermas adalah adanya beberapa klaim yang perlu dipenuhi objektifitas diskursus. Yaitu, klaim kebenaran, klaim kejujuran, klaim ketepatan, dan klaim komprehensif. Klaim komprehensif adalah klaim akhir yang merupakan pengintegrasian atas klaim-klaim yang disebutkan sebelumnya.
Habermas menerapkan prinsip deterministik adalah dalam rangka menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat. Dan dengan konsep determinisme inilah ancang-ancang pengelolaan sistem bisa dirumuskan secara logis.
Unsur-unsur ketertiban sosialnya antara lain, masuknya konsep Habermas ke dalam ranah hukum dan politik yang deliberatif, dan sekali lagi deterministik.
Tetapi determinisme Habermas ini memiliki keempat klaim yang mesti dipenuhi bersama, dan Habermas menekankan bahwa klaim-klaim itu sangat perlu dan yang terpenting adalah tercapai dengan adanya garansi diskursus deliberatif.
Friday, November 9, 2012
Steve Jobs Speech (pidato Steve Jobs), Stanford Univ.
Steve Jobs's Speech Text [source]:
I
dropped out of Reed College after the first 6 months, but then stayed
around as a drop-in for another 18 months or so before I really quit. So
why did I drop out?
It started before
I was born. My biological mother was a young, unwed college graduate
student, and she decided to put me up for adoption. She felt very
strongly that I should be adopted by college graduates, so everything
was all set for me to be adopted at birth by a lawyer and his wife.
Except that when I popped out they decided at the last minute that they
really wanted a girl. So my parents, who were on a waiting list, got a
call in the middle of the night asking: "We have an unexpected baby boy;
do you want him?" They said: "Of course." My biological mother later
found out that my mother had never graduated from college and that my
father had never graduated from high school. She refused to sign the
final adoption papers. She only relented a few months later when my
parents promised that I would someday go to college.
And
17 years later I did go to college. But I naively chose a college that
was almost as expensive as Stanford, and all of my working-class
parents' savings were being spent on my college tuition. After six
months, I couldn't see the value in it. I had no idea what I wanted to
do with my life and no idea how college was going to help me figure it
out. And here I was spending all of the money my parents had saved their
entire life. So I decided to drop out and trust that it would all work
out OK. It was pretty scary at the time, but looking back it was one of
the best decisions I ever made. The minute I dropped out I could stop
taking the required classes that didn't interest me, and begin dropping
in on the ones that looked interesting.
Monday, July 30, 2012
Sejarah HTML5 dan Pop Culture
Kita yang bekerja dan berinteraksi dengan sarana teknologi internet interaktif telah mengalami demikian banyak perkembangan terutama dalam basic platform, html. Semakin hari semakin multi-tasks yang dapat di-handle dan makin dinamis. Singkatnya, makin ringkas script yang ditulis, tetapi makin efektif. Dan bisa juga efisien, tergantung bagaimana kita menuliskannya secara baik dan benar.
Dialektika Perang Carl von Clausewitz
[masih in run writing] Carl von Clausewitz kita kenal namanya dalam salah satu film, Law Abiding Citizen, saat si tokoh utama (Gerard Butler, sebagai Clyde Shelton) memulai perangnya dalam menyuarakan jeritan jiwanya atas ketidakadilan sistem peradilan terhadap kasus pembantaian istri dan putrinya sepuluh tahun sebelumnya. Perang terhadap sistem yang sangat terencana dan rapi, hingga jaksa wilayah yang kemudian menjadi kepala kejaksaan (Jamie Foxx, sebagai Nick Rice) sulit menyentuh keterlibatan Clyde dalam pembunuhan semua orang yang terlibat dalam kasus terbantainya anak-istrinya (pelaku, hakim, pengacara, jaksa).
Monday, October 24, 2011
Saturday, October 8, 2011
Hukum yang Tanggung?
Suatu saat di dalam perkuliahan, kami sekelas diingatkan oleh seorang dosen, bahwa:
Hukum kita tidak mampu berjalan dan menjadi baik, lantaran kita tidak memiliki landasan filsafat hukum yang baik.Itu adalah pengungkapan rasa kesal dan dorongan kepada kami untuk menyelami filsafat dan menyelamatkan basis hukum kita. Beliau adalah Theodorus Sardjito, dosen kami yang telah berpulang kepada-Nya sekitar satu setengah tahun silam. Baliau belum juga sempat menyelesaikan doktornya, Allah sudah menggelarinya almarhum. Semoga yang ia telah tanamkan dengan kuat, tentang filsafat hukum, di tanah pikir kami yang terlalu cadas waktu itu, bisa bermanfaat di kemudian hari. Dan memberikan jalan terang bagi semua.
***
Bagaimana cara memperbaiki sistem hukum?
Mulailah dari yang sederhana, dari tiap-tiap organ kehidupan (manusianya, masyarakat, administrasi, hukum, politik) dari yang sederhana. Tetapi permasalahannya adalah, bagaimana kita bisa 'menyelesaikan' mereka yang sudah 'rusak', berada di pusat, dan mengakar?
Bisa digambarkan, bahwa ketika kekuatan untuk perubahan ke arah kebaikan tidak memunculkan hal-hal dasar dan menyuarakannya. Maka perubahan keseluruhan tidak akan pernah terjadi. Dan masalah besarnya (yang seringkali tak selesai-selesai) adalah, para tetua yang uzur itu memiliki basis yang luas.
Maka cara, dengan pengandaian yang tidak serumit praktenya, adalah dengan menanamkan, mengagitasi setiap insan untuk melakukan pola pemikiran mendasar (filosofis) terhadap permasalahan-permasalahan yang berkembang. Akar filsafat, sebagaimana pengungkapan Alm. Sardjito di atas adalah penting. Filsafat adalah mengajarkan manusia untuk kembali memandang dan menganalisa berbagai hal dengan kembali ke dasar, menyelesaikan masalah dengan mengurai akarnya dan menjabarkan tiap bagiannya ke dalam akar masing-masing. Maka semua akan melihat, di mana saja kesalahan yang selama ini terjadi, dan menghambat proses untuk menjadi diri sendiri (dengan hukum yang bernurani), dan mampu melihat pola keberpihakan hukum (pada siapa dan kenapa).
Berfilsafat = Sosiologi (Hukum)?
Maka cara, dengan pengandaian yang tidak serumit praktenya, adalah dengan menanamkan, mengagitasi setiap insan untuk melakukan pola pemikiran mendasar (filosofis) terhadap permasalahan-permasalahan yang berkembang. Akar filsafat, sebagaimana pengungkapan Alm. Sardjito di atas adalah penting. Filsafat adalah mengajarkan manusia untuk kembali memandang dan menganalisa berbagai hal dengan kembali ke dasar, menyelesaikan masalah dengan mengurai akarnya dan menjabarkan tiap bagiannya ke dalam akar masing-masing. Maka semua akan melihat, di mana saja kesalahan yang selama ini terjadi, dan menghambat proses untuk menjadi diri sendiri (dengan hukum yang bernurani), dan mampu melihat pola keberpihakan hukum (pada siapa dan kenapa).
Berfilsafat = Sosiologi (Hukum)?
Untuk melihat semuanya kembali kepada akar dan membangkitkan potensi keberpihakan hukum kepada kebenaran secara lebih baik (tidak secara utuh, walaupun itu yang harus dikesankan, tetapi politik hukum selalu memiliki pertimbangan yang tidak kita sukai, keberpihakan pada hal lain, selain keadilan bagi siapa saja), dan bebas kepentingan negatif. Maka perlu pendekatan yang lebih rooting. Pendekatan yang lebih dapat mengakses data base pengetahuan tentang hukum, dan application-nya. Pengetahuan itu dapat diantarkan oleh peran sosiologi murni kepada hukum.
Filsafat kepada hukum memberikan landasan bersimulasi dalam ukuran dasar-dasar etika dan estetika keberadaban, dengan tujuan untuk memberikan takaran yang pas dalam cara berfikir dan menelurkan gagasan serta konsep hukum yang logis dalam maknanya sebagai bagian dari kebutuhan batin masyarakat. Sedangkan Sosiologi Hukum memberikan langkah klarifikasi terhadap logika dan berbagai hipotesa dalam tahap filosofis.
Dalam tingkat filsafat akan ditemui berbagai idealisme yang masih ada di dalam angan, dan filsafat akan sangat membutuhkan data lapangan, data realistis empiris. Untuk mendukung, menyangkal, melemahkan, atau memperkuat hipotesa awal. Dengannya lantas filsafat itu akan berkembang, dan secara siklikal akan senantiasa membutuhkan informasi dan data baru dari ruang sosialnya. Maka dalam hal ini, kejujuran dalam memandang masyarakat dipercayakan kepada suatu kajian yang kita sebut sosiologi, bidang yang terus menerus melepaskan diri idealis filsafatnya dan menemui fakta lapangannya dengan alat-alat ukur yang terus up graded. Ia melepaskan diri dari filsafat, mencoba meraih data faktual mencerna lantas menelurkan pemikiran baru (ketiganya diproses dengan peralatan yang kontekstual). Pemikiran baru itu lantas memberi asupan ide kepada filsafat, lalu berkembang kepada idealisme, lantas keinginan penggalian secara ilmiah sosiologis, dan seterusnya, dan seterusnya.
Maka kejujuran dalam menciptakan idealisme hukum mesti tidak lepas dengan filsafat hukum serta pencandraan sosial dengan perangkat sosiologi (hukum). Dari sinilah kita berangkat mengangkat bentuk-bentuk kritis, dan semua ide semestinya menjadi gerakan yang mencerahkan siapa saja dalam ruang sosial. Satu ruang terhadap lainnya, dalam tiap layer.
Kekuatan untuk senantiasa ber dialektika dengan idealisme dan kesahihan pengamatan sosial akan memberikan santapan yang kukuh dan berkesinambungan. Sehingga ide tidak akan lagi (sekecil mungkin) terlucuti saat menghadapi pertarungan non-virtual di masyarakat. Dan hukum akan tak tanggung-tanggung berjalan dan tak lagi tanggung, tak main tabrak.[sr]
Subscribe to:
Posts (Atom)
Hukum Penalaran dan Ilmu Hukum
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut ultricies efficitur nunc id accumsan. Aliquam quis facilisis felis. Integer...
-
SetupQuranInWord2003-2007.exe Application (.EXE) ..... File size: 968.26 KB Uploaded: 2007-11-11 17:48:31 Uploaded From: ..... About ...
-
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut ultricies efficitur nunc id accumsan. Aliquam quis facilisis felis. Integer...
-
Hackers Hacker terminology raised since the beginning of 1960's among members of students of Tech Model Railroad Club in Artificial In...