Thursday, February 23, 2012

Matinya Facebook

Orang suka menuliskan tentang prediksi kehancuran sistem, kemerosotan nilai saham di bursa, ancaman baru atas sistem lama, atau ancaman yang menghentikan popularitas suatu jejaring sosial besar sekelas facebook.

Permasalahannya adalah manusia serta masyarakat selalu berubah, selalu ada saja sistem baru yang mampu memberikan kepuasan lebih kepada siapa saja. Dan di lain sisi, pergantian generasi pemilik suatu sistem akan mengakibatkan perubahan stamina (kita belum meilihat seperti apa Apple di masa akan datang setelah meninggalnya Steve Jobs). Dan mereka yang dahulu muda, kemudian akan menua, ini juga merupakan faktor sosial.

Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kemampuan keuangan, dan sebagainya. Kini kita bisa menambahkan aspek "koneksi terhadap internet" sebagai salah satu hal yang memengaruhi interaksi manusia dengan manusia dalam ruang sosial (cybersociety). Facebook saat ini adalah salah satu alat sosial, terlepas dari karakternya yang netral (siapa saja bisa berbagi dengan berbagai cara secara bebas pada teman-temannya, kepada orang khusus/pribadi, atau temannya teman (selama dalam kode etik bersama dalam fb)), dan facebook sebagai ruang juga akan terpengaruh oleh aspek-aspek sosial lainnya sebagaimana beberapa di antaranya tersebut di atas. Jika yang lainnya berubah secara drastis (baik positif maupun negatif), maka peran facebook juga berubah, baik semakin utama atau malah merosot tak berarti.

Ketergantungan sosial media adalah kepada masyarakat manusia, perjuangan para programmer dan manajer di markas besar facebook adalah dalam rangka menjaga stabilitas facebook sebagai ruang publik dan saat bersamaan juga menjaga agar upaya kontrolnya tidak terlalu menghilangkan rasa nyaman berinteraksi di dalam ruang facebook. Pada beberapa aspeknya, jejaring sosial semacam facebook juga menciptakan ruang yang bisa dikonfigurasikan secara personal oleh pengguna, dan upaya menciptakan ruang sosial yang kondusif dan stabil juga melibatkan para pengguna, facebook sadar bahwa sebagai sarana sosial ia meski sedinamis gerak sosial itu sendiri.

Celaka buat jejaring sosial adalah pada permasalahan lemahnya pengelolaan basis data, kapasitas, kemudahan mengakses, dan interaksionalisasinya. Basis data memerlukan otak para manusia berbasis manajemen informatika, kapasitas adalah pertimbangan kecepatan dan kecukupan aset server dalam melakukan servis yang juga dituntut senantiasa free (mengolahnya menjadi profit adalah cara mereka bertahan hidup, yang menjadi beban utama para manajer marketing+periklanan).

Tidak perlu dijelaskan terlalu rumit di sini tentang rentetan permasalahan yang mungkin terjadi, karena suasana sosial yang terlalu kompleks dalam ukuran internasional cenderung beresiko untuk  saling berbenturan dan menciptakan konflik. Maka pada intinya adalah, kehancuran facebook adalah selama aspek-aspek penalaran sosial dan manajemen teknologi informasi tidak berjalan efektif. hal ini bisa dikatakan sebagai faktor kemungkinan internal. Sedangkan aspek eskternal adalah, saat masyarakat secara global sudah tidak seperti ini lagi, gejolak sosial secara offline tidak selamanya membutuhkan facebook, sesuatu yang chaotic bisa terjadi di mana-mana dan kapan saja saat ini, atau suatu saat nanti.

Facebook bukanlah wujud jejaring sosial maya, yang bisa sepenuhnya mewadahi pergolakan sosial di luar internet, yang live dan terjadi sehari-hari. Saat orang mulai menyebar sikap fanatik masing-masing, maka ia telah tidak lagi sosial dalam  facebook, ia tetap lebih solid secara sosial di luar sana bukan di facebook, saat seseorang telah mulai resist terhadap kebebasan memberikan opini di facebook yang kurang bisa menakar toleransi secara spontan. Demikianlah, yang dikatakan dengan cyber society tetap saja hal semu yang rentan tercerabut dari kehidupan yang riil. Yang cyber dan maya tetaplah tidak bisa memberikan sentuhan fisik yang lebih emosional, saat orang menyadarinya beberapa melihat yang maya adalah pendorong kepada peningkatan kedekatan sosial. Akan tetapi kembali kepada aspek penentu kualitas sosial kembali sebagaimana di atas. Aksesibilitas terhadap internet apakah menjamin kualitas sosial riil kita lebih baik ataukah lebih apatis? itu adalah hal subjektif, tetapi subjektif yang sangat massif, dalam dunia saat ini.

Tinggalkan Facebook! ;)

No comments:

Hukum Penalaran dan Ilmu Hukum

  Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut ultricies efficitur nunc id accumsan. Aliquam quis facilisis felis. Integer...