Saturday, December 22, 2012

Cinta, Ibu, Marah, Merah

Ada sebuah kisah sederhana, ini kisah seorang anak lelaki dan ibunya di sebuah sisi bukit, di suatu sore, si ayah belum juga pulang.
anak lelaki itu tak pernah gelisah dengan cinta si ayah, "ayah sayang kamu" kata ayahnya setiap berangkat tidur. tetapi ibunya terkadang memarahinya, karena ulahnya.
sore itu, anak lelaki yang belum beranjak dari usia kanak-kanak itu menghabiskan waktu di atas pohon mangga besar samping rumah, dari satu cabang yang ia susuri sesore itu ia dapati beberapa mangga ranum. "Ibu...!" ia memanggil sang ibu tiga kali, dengan secepat mungkin si ibu berlari menuju si anak, wajahnya memerah karena marah.
Anak lelakinya berkata, melirih, setelah melihat kemarahan di wajah ibu. "ibu... banyak mangga di sini, untuk ibu". perlahan dan rapinya langkah, si anak turun, karena merah wajah ibu.
"pulang! sudah malam!" si ibu menarik tangan anak lelaki satu-satunya, "maaf ibu... aku mau memetiknya untuk ibu dan ayah...", "diam! pulang! mandi!". si anak menangis menahan amarah ibunya, menahannya di luar dinding dadanya agar tak masuk, agar tak menjadi banjir air mata...
tak ada pukulan, tak ada cubitan, hanya tarikan sang ibu, menjauhkan si anak dari pohon mangga itu...
__petang, sang ayah pulang. sang ibunda bercerita pohon mangga dan anak lelaki mereka, anak lelakinya mendekam di kamar. sang ayah menemui anak lelakinya.
"Ayah maafkan aku,... aku hanya ingin memetik beberapa buah untuk ibu dan ayah...", menyambut sang ayah sambil tersedu.
sang ayah tersenyum dan mendekat padanya, ia lalu membuka pembicaraan.
"Tahukah anakku? terkadang Cinta seorang ibu hadir dengan cara yang kau tak mengerti. Teriakan, tarikan. Tapi seorang anak yang sangat dicintainya hanya mengerti itu sebagai 'kemarahan', ibumu hanya tak pandai berkata seperti ayah, karena semua takut-gelisahnya kalut bercampur cintanya yang luar biasa padamu, dia selalu ingin berkata "Jangan anakku!" dengan selantang mungkin, tapi ia takut itu menyakitimu lebih dalam. Ia memilih menelan kata-kata dan menarikmu menjauh dari ketakutannya, tanpa menyakitimu" ..... [hening]
"kau akan mengerti kelak, saat kau merasakannya, mencintai, siapa pun. Tetapi ibu mencintai anaknya, melebihi apa pun, kecuali Allah..."

No comments:

Hukum Penalaran dan Ilmu Hukum

  Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut ultricies efficitur nunc id accumsan. Aliquam quis facilisis felis. Integer...