Showing posts with label opinionic. Show all posts
Showing posts with label opinionic. Show all posts

Sunday, December 16, 2012

Habermas: Secuil Pesan Menuju Masyarakat Komunikatif


Habermas selalu menggagas konsep komunikasi bertujuan. Komunikasi adalah cara Habermas mempertemukan teori dengan praksis, dan konsep deterministik atau bertujuan dalam komunikasi ditunjukkan dengan adanya konsep kesepakatan dalam komunikasi antara banyak pihak. Demi tercapainya objektifitas.
Ciri deterministik komunikasi oleh Habermas adalah adanya beberapa klaim yang perlu dipenuhi objektifitas diskursus. Yaitu, klaim kebenaran, klaim kejujuran, klaim ketepatan, dan klaim komprehensif. Klaim komprehensif adalah klaim akhir yang merupakan pengintegrasian atas klaim-klaim yang disebutkan sebelumnya.
Habermas menerapkan prinsip deterministik adalah dalam rangka menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat. Dan dengan konsep determinisme inilah ancang-ancang pengelolaan sistem bisa dirumuskan secara logis.
Unsur-unsur ketertiban sosialnya antara lain, masuknya konsep Habermas ke dalam ranah hukum dan politik yang deliberatif, dan sekali lagi deterministik.
Tetapi determinisme Habermas ini memiliki keempat klaim yang mesti dipenuhi bersama, dan Habermas menekankan bahwa klaim-klaim itu sangat perlu dan yang terpenting adalah tercapai dengan adanya garansi diskursus deliberatif.

Wednesday, December 5, 2012

Cloudflare dan Kejahatan Internet


CloudFlare (San Francisco) bisa dibilang berada di posisi puncak dalam teknologi inet dan network, yang bisa membantu dalam sisi keamanan dan kecepatan, serta stamina berbagai situs inet.
-
Cloudflare juga bisa dikatakan sebagai usaha yang didanai untuk memberi jalan bagi para pelaku kejahatan inet dengan memberi kesan sebagai reverse proxy. Cloudflare juga secara ilegal membiarkan para heker, par
a pelaku DDoS, dan penyerangan melalui inet lainnya, serta pembajakan hak cipta, sembunyi di balik server mereka.

Friday, November 9, 2012

Tips Lancar Mencari Gagasan Tulisan

Setiap orang memiliki kekuatan psikologis yang berbeda-beda dan hal itu merupakan akibat dari latar belakang yang berbeda-beda pula.
Kenapa orang yahudi begitu didoktrin pintar? Eran Katz dalam bukunya "Jerome Become Genius" yang edisi Indonesianya diterbitkan oleh Ufuk, menjelaskan bahwa, dalam tradisi pendidikan orang yahudi, mereka berusaha meletakkan anak-anak mereka pada suasana belajar yang senyaman mungkin, hingga jika perlu, saat mereka belajar tidak dalam suasana yang berisik, tenang, lebih baik jika bisa mendengar gemericik air dari mata air.

Monday, July 30, 2012

Sejarah HTML5 dan Pop Culture

Kita yang bekerja dan berinteraksi dengan sarana teknologi internet interaktif telah mengalami demikian banyak perkembangan terutama dalam basic platform, html. Semakin hari semakin multi-tasks yang dapat di-handle dan makin dinamis. Singkatnya, makin ringkas script yang ditulis, tetapi makin efektif. Dan bisa juga efisien, tergantung bagaimana kita menuliskannya secara baik dan benar.

Wednesday, February 29, 2012

Jenuhnya Masyarakat Maya & Politik + Hukum

Surfing adalah rutinitas para penjelajah cyberspace. Sudahkah Anda melakukannya hari ini? karena ini adalah hidup, surf and search. Cari tahu apa yang Anda belum tahu, atau ingatlah sesuatu dengan cara mencarinya, atau saat Anda mencari sesuatu Anda jadi teringat ini-itu dan memasukkan saja ingatan itu ke dalam search engine. Tak lama pun Anda larut dalam menyimaknya, lalu merunutnya ke hal-hal berkaitan atau tema serupa. Begitu seterusnya.

Dalam dua jenis situs populer di Indonesia: Situs Berita (Yahoo News, Kompasdotcom, detik, dlsb), dan Situs Jejaring Sosial murni (Facebook, Twitter, Kaskus, dll), optimalisasi penggunaan adalah pencarian (termasuk mengamati newsfeeds) dan menyimaknya, yang kedua adalah mengomentari.


Menyimak isi dari tulisan atau video, maupun foto tentu akan memberikan wawasan baru bagi yang menyimak, hal yang baru yang ia miliki sendiri entah kemudian akan dibagikan atau diendapkan dalam benak untuk berusaha menghasilkan "berita baru". Dan komentar atas konten merupakan servis yang diatur dengan privasi dan keamanan sesuai dengan personal dan fasilitas akun suatu situs.

Kejenuhan penyimak terhadap suatu hal bisa dilampiaskan dalam berbagai bentuk komentar, kejenuhan tersebut dapat berubah menjadi demikian buruk dan merajalela ke mana-mana dalam berbagai postingan atau forum, mereka yang melakukannya pun spesifik. Jejaring sosial terdapat dua macam allowance dalam hal comment, open (biasanya bermodel forum terbuka), dan fleksibel (biasa pada social networking yang berkarakter pertemanan dengan approval dan follow). Saya katakan fleksibel karena berbagai akun bisa melakukan penyetelan privasi yang berbeda-beda, tight, loose, public, or any other kind of option, atau lebih sedikit.

Filter dalam komentar adalah ada pada personal masing-masing, facebook (misalnya) tidak bisa memfilter kata-kata buruk yang bersifat menyerang, secara otomatis.

Begitu banyak hal buruk dibagi di Facebook dan Yahoo News (keduanya, terutama), begitu liar terkadang dalam komentar, beruntung facebook yang bisa kita lakukan kritik atau menghapus komentar tak sedap secara sepihak . Kata-kata hinaan dan cercaan di Yahoo News kini sudah memberikan citra buruk pada Yahoo itu sendiri. "Yahoo tidak beres" orang akan berpikir begitu.

Ada beberapa keluhan juga tentang kurang mendalamnya tulisan-tulisan dalam Kompasiana, predikat sosialnya menurun. walau mereka yang tidak tahu dengan benar, tetap membuat link ke berbagai positngan kurang bermutu dari kompasiana. Kompasiana dahulu adalah public news portal bagian dari kompas.com, beberapa senior kompasianer (para perajin kata di kompasiana) sempat mengeluhkan hal itu. Wal hasil, kini kompasiana tak ubahnya blog anak muda yang kadang galau. Tetapi orang masih saja memposting link dengan konten kurang sipnya, di berbagai jejaring sosialnya. Celakanya jika itu dijadikan rujukan ilmiah.

Lalu apa hubungannya dengan Politik dan Hukum?
Politik kita sama, di parlemen mereka saling cari celah, itu karena pecahan mereka banyak, banyak partai, banyak kepentinga. Sebagaimana di jejaring sosial, saling menekan itu biasa, seperti berita anak SD saling bunuh karena rebutan cowok.

Hukum dengan berbagai suara publik yang demikian luas dan beraneka ragam sebaiknya juga mengawasi perkembangan psikologi massa dalam cyberspace dan mengamati forum yang sesuai, tidak fokus pada jejaring sosial dan pemberitaan tertentu saja.

Dan mereka yang tidak tersentuh nternet pun masih banyak. Saya pun kadang rindu masa-masa sebelum internet.

Tuesday, February 28, 2012

Kritisisme Facebook

[lebih lengkap di wikipedia]

Membahas situs jejaring sosial terbesar secara keseluruhan merupakan hal yang menarik dan bisa memunculkan pelajaran baru bagi para marketers, para pemerhati sosial, aktifis sosial cyber, aktifis informasi dan teknologi, dan hampir keseluruhan tata masyarakat yang berbasis sosial atau yang terkait erat dengan sosial dan teknologi akan terpesona dibuatnya.

Facebook telah mengalami banyak perkembangan dari sisi keamanan, privasi, pengembangan konten, perkembangan aplikasi, hiburan, interaksi, dan masih banyak lagi ukuran-ukuran teknis yang ada di berbagai teknologi web yang berkembang seiring kebutuhan para pemilik akun, setiap personal diberikan hak untuk mengatur sistem privasi dan keamanannya. Orang bisa mengoptimalkan privasi sampai tingkat paling ketat dan bisa menerapkan beberapa jalur keamanan untuk menjaga akunnya. Dari tindakan orang asing yang tidak diharapkan.

Yang menjadi pola sosial dalam facebook kemudian menjadi pola sosial yang lazim bagi keseluruhan pengguna internet. Sebagaimana Page yang dibuat pada Facebook menjadi referensi simbolis respon publik terhadap produk mereka di luar sana.


Berbagai regulasi atau aturan sosial sudah diterapkan di mana-mana dalam facebook, mulai dari tidak diijinkannya membagi link yang sudah di-blacklist hingga pemberian tag teman pada berbagai post, terkait dengan privasi dan keamanan. Sehubungan dengan itu facebook terus memelihara kenyamanan di dalam dan menutup dari ketidaknyamanan, kecuali pemilik akun teledor dan mengakibatkan keamanan dan privasinya tercederai. Bisa juga karena lemahnya pengetahuan dan kemampuannya dalam mengelola keduanya, baik privacy maupun security account.



Sunday, February 26, 2012

Pengguna SmartFren yang Pusing dan Budiman

Link Pertama:
http://us.suarapembaca.detik.com/read/2011/10/25/101504/1751777/283/paket-unlimited-smartfren-yang-memotong-pulsa
Link Kedua:
http://komplain.info/?p=936

Saya juga berberapa kali merasakan yang sama!
(tetapi kenapa saya setia-setia saja? apa karena memang saya cowok setia? :P )



Saturday, February 25, 2012

Otentik yang orijinal

Kenapa beberapa hari lalu, saya menutup akun fesbuk?

Saya bukan orang yang sempurna untuk ada dalam larutan keseharian news-feed facebook. energi saya tidak cukup untuk itu. menjadi otentik kadang perlu kita untung menjadi asing dari yang terlalu mengumbar dan sia-sia. bukan berarti saya orang yang terlalu sibuk memperhatikan status dan komentar orang lain.

Tetapi, banyak kelalaian dan kecerobohan, dan masalah bisa hadir dari sana. Ini seperti kesan saya, kadang tidak suka mendengar lagu, karena tidak ingin larut dalam perasaan orang lain yang diinjeksikan melalui dengungan syair dan musik.

Dari beberapa group, saya mengamati, mereka yang terlalu berkomentar malah terlalu kosong waktunya untuk melakukan hal-hal selain posting dan komentar. Meraka yang realistis, membuktikan kenyataannya dalam keseharian, jadi teringat tentang apriani Tugu Tani masih sempat update status setelah membantai, atau adegan di sebuah film yang saya lupa judulnya, tahanan meminta kepada pengacara untuk meminjamkan handphone, untuk update status.

Seperti itulah sejarah, lebih persis seperti timeline di newsfeed fesbuk, sejarah adalah pembenaran bukan kebenaran. Lantas yang lain memberikan komentar, pun lebih emosional.

Seseorang mungkin menganggap saya lucu. Saya merasa, semua realitas setiap orang berusaha menjadikannya ada di dalam fesbuk, tetapi mereka gagal. Bukan tertarik pada berbagai masalah konspiratif jejaring sosial, semua musuh paman Sam kini menerapkan alur informasi mouth to mouth dengan lebih bersilaturahm dan lepas dari pantauan radar, untuk otentik dan tidak tercuri oleh pencuri besar. ini alasan untuk mereka yang akut. tapi bukan saya.

Semua sederhana saja, tidak rumit, Temukan Tuhanmu, lalu kita pulang menujuNya. Jangan terlalu sibuk dengan yang menggelisahkan.

Thursday, February 23, 2012

Matinya Facebook

Orang suka menuliskan tentang prediksi kehancuran sistem, kemerosotan nilai saham di bursa, ancaman baru atas sistem lama, atau ancaman yang menghentikan popularitas suatu jejaring sosial besar sekelas facebook.

Permasalahannya adalah manusia serta masyarakat selalu berubah, selalu ada saja sistem baru yang mampu memberikan kepuasan lebih kepada siapa saja. Dan di lain sisi, pergantian generasi pemilik suatu sistem akan mengakibatkan perubahan stamina (kita belum meilihat seperti apa Apple di masa akan datang setelah meninggalnya Steve Jobs). Dan mereka yang dahulu muda, kemudian akan menua, ini juga merupakan faktor sosial.

Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kemampuan keuangan, dan sebagainya. Kini kita bisa menambahkan aspek "koneksi terhadap internet" sebagai salah satu hal yang memengaruhi interaksi manusia dengan manusia dalam ruang sosial (cybersociety). Facebook saat ini adalah salah satu alat sosial, terlepas dari karakternya yang netral (siapa saja bisa berbagi dengan berbagai cara secara bebas pada teman-temannya, kepada orang khusus/pribadi, atau temannya teman (selama dalam kode etik bersama dalam fb)), dan facebook sebagai ruang juga akan terpengaruh oleh aspek-aspek sosial lainnya sebagaimana beberapa di antaranya tersebut di atas. Jika yang lainnya berubah secara drastis (baik positif maupun negatif), maka peran facebook juga berubah, baik semakin utama atau malah merosot tak berarti.

Ketergantungan sosial media adalah kepada masyarakat manusia, perjuangan para programmer dan manajer di markas besar facebook adalah dalam rangka menjaga stabilitas facebook sebagai ruang publik dan saat bersamaan juga menjaga agar upaya kontrolnya tidak terlalu menghilangkan rasa nyaman berinteraksi di dalam ruang facebook. Pada beberapa aspeknya, jejaring sosial semacam facebook juga menciptakan ruang yang bisa dikonfigurasikan secara personal oleh pengguna, dan upaya menciptakan ruang sosial yang kondusif dan stabil juga melibatkan para pengguna, facebook sadar bahwa sebagai sarana sosial ia meski sedinamis gerak sosial itu sendiri.

Celaka buat jejaring sosial adalah pada permasalahan lemahnya pengelolaan basis data, kapasitas, kemudahan mengakses, dan interaksionalisasinya. Basis data memerlukan otak para manusia berbasis manajemen informatika, kapasitas adalah pertimbangan kecepatan dan kecukupan aset server dalam melakukan servis yang juga dituntut senantiasa free (mengolahnya menjadi profit adalah cara mereka bertahan hidup, yang menjadi beban utama para manajer marketing+periklanan).

Tidak perlu dijelaskan terlalu rumit di sini tentang rentetan permasalahan yang mungkin terjadi, karena suasana sosial yang terlalu kompleks dalam ukuran internasional cenderung beresiko untuk  saling berbenturan dan menciptakan konflik. Maka pada intinya adalah, kehancuran facebook adalah selama aspek-aspek penalaran sosial dan manajemen teknologi informasi tidak berjalan efektif. hal ini bisa dikatakan sebagai faktor kemungkinan internal. Sedangkan aspek eskternal adalah, saat masyarakat secara global sudah tidak seperti ini lagi, gejolak sosial secara offline tidak selamanya membutuhkan facebook, sesuatu yang chaotic bisa terjadi di mana-mana dan kapan saja saat ini, atau suatu saat nanti.

Facebook bukanlah wujud jejaring sosial maya, yang bisa sepenuhnya mewadahi pergolakan sosial di luar internet, yang live dan terjadi sehari-hari. Saat orang mulai menyebar sikap fanatik masing-masing, maka ia telah tidak lagi sosial dalam  facebook, ia tetap lebih solid secara sosial di luar sana bukan di facebook, saat seseorang telah mulai resist terhadap kebebasan memberikan opini di facebook yang kurang bisa menakar toleransi secara spontan. Demikianlah, yang dikatakan dengan cyber society tetap saja hal semu yang rentan tercerabut dari kehidupan yang riil. Yang cyber dan maya tetaplah tidak bisa memberikan sentuhan fisik yang lebih emosional, saat orang menyadarinya beberapa melihat yang maya adalah pendorong kepada peningkatan kedekatan sosial. Akan tetapi kembali kepada aspek penentu kualitas sosial kembali sebagaimana di atas. Aksesibilitas terhadap internet apakah menjamin kualitas sosial riil kita lebih baik ataukah lebih apatis? itu adalah hal subjektif, tetapi subjektif yang sangat massif, dalam dunia saat ini.

Tinggalkan Facebook! ;)

Saturday, December 31, 2011

perlindungan dalam cyberspace di indonesia



Kini berbagai departemen telah secara antusias dan persuasif memanfaatkan jasa perlindungan dan keamanan data. kebutuhan ini telah meliputi jasa-jasa layanan publik baik sektor swasta maupun pemerintahan.
Perlu disadari, bahwa penanganan kejahatan di dunia maya masih terus berlanjut dan terus ditingkatkan dengan kemampuan masing masing. sejak disadari tidak adanya kemampuan yang memadai dari aparat penegak hukum dalam menangani kejahatan cyber, maka sistem perlindungan diri secara swadaya terus dijadikan patokan utama bagi keamanan masing-masing.
sayangnya adalah, kinerja lamban tidak mampu mengimbangi peningkatan jumlah tindak kejahatan

Sunday, November 13, 2011

misleading information in fb, an infringement?



since about late half year or maybe more i watched that there is sometimes an advertising about link to free download sample of music group (free mp3s) appear at the bottom-right of my fb windows, it much said "[a group band/musician name] fan?" then it followed by a link to free download sample of a new band mp3.

indeed this advertising of the sponsor which appears all time sometimes annoying. once i read in a top rank musician and a member of a big music group wrote in his blog (apparently his personal web either), that this kind of advertising is annoying much, he never realize that his band support the band which this ad said. but the advertising said seems like those groups are the imprint or the backbone team, or maybe pretend as the junior part of these major bands.

how easily these advert came to us and make a fan of a big band mind, soon become a fan of the band that sponsored by the industry who use ad space in fb. its a kind of manipulation if true that the band they mention not really support or even never know anything about the promoted bands. this advertising has stole and use the name or using image of the big band without permit, probably, the same time they win the money of the new bands which they promoted. by put (or yet stole) the big band names, mislead the fans to consume the ad logic, that they must love those bands too if... bla bla bla.
really annoying.

---------------------------

Pernahkah Anda melihat ada iklan di banner kanan Anda, yang kira-kira mengatakan "Anda fan dari grup band ....?" lalu ditambahi sugesti untuk mendonlot gratis mp3 promo sebuah band baru. saya rasa link semacam ini so annoying, sangat mengganggu. terutama dalam hal hak kekayaan intelektual.

kebesaran nama suatu band besar tiba-tiba dicatut oleh iklan tersebut untuk mempromosikan band lain, yang seakan-akan memaksa kita menyukainya kalau kita menyukai band terkenal yang memang sebenarnya kita masukkan dalam daftar musik favorit di halaman info profil kita.

saya pernah membaca blognya mas Mike Shinoda yang mengeluhkan betapa menjengkelkannya iklan ini. misleading para penggemar untuk terpaksa atau memengaruhi logika fannya untuk harus menyukai band yang diiklankan dengan menempelkan nama band linkin park (hanya satu contoh kasus). padahal band-band yang disuport oleh iklan ini sama sekali tidak mereka dukung.

-------------------
lalu kenapa fb mengijinkan si peraup untung tak beretika semacam ini masih saja ada sampai detik ini?
heran gue gan >.<


[sarungtenun]

Saturday, October 8, 2011

Hukum yang Tanggung?



Suatu saat di dalam perkuliahan, kami sekelas diingatkan oleh seorang dosen, bahwa:
Hukum kita tidak mampu berjalan dan menjadi baik, lantaran kita tidak memiliki landasan filsafat hukum yang baik.
Itu adalah pengungkapan rasa kesal dan dorongan kepada kami untuk menyelami filsafat dan menyelamatkan basis hukum kita. Beliau adalah Theodorus Sardjito, dosen kami yang telah berpulang kepada-Nya sekitar satu setengah tahun silam. Baliau belum juga sempat menyelesaikan doktornya, Allah sudah menggelarinya almarhum. Semoga yang ia telah tanamkan dengan kuat, tentang filsafat hukum, di tanah pikir kami yang terlalu cadas waktu itu, bisa bermanfaat di kemudian hari. Dan memberikan jalan terang bagi semua.

***

Bagaimana cara memperbaiki sistem hukum?
Mulailah dari yang sederhana, dari tiap-tiap organ kehidupan (manusianya, masyarakat, administrasi, hukum, politik) dari yang sederhana. Tetapi permasalahannya adalah, bagaimana kita bisa 'menyelesaikan' mereka yang sudah 'rusak', berada di pusat, dan mengakar?

Bisa digambarkan, bahwa ketika kekuatan untuk perubahan ke arah kebaikan tidak memunculkan hal-hal dasar dan menyuarakannya. Maka perubahan keseluruhan tidak akan pernah terjadi. Dan masalah besarnya (yang seringkali tak selesai-selesai) adalah, para tetua yang uzur itu memiliki basis yang luas.

Maka cara, dengan pengandaian yang tidak serumit praktenya, adalah dengan menanamkan, mengagitasi setiap insan untuk melakukan pola pemikiran mendasar (filosofis) terhadap permasalahan-permasalahan yang berkembang. Akar filsafat, sebagaimana pengungkapan Alm. Sardjito di atas adalah penting. Filsafat adalah mengajarkan manusia untuk kembali memandang dan menganalisa berbagai hal dengan kembali ke dasar, menyelesaikan masalah dengan mengurai akarnya dan menjabarkan tiap bagiannya ke dalam akar masing-masing. Maka semua akan melihat, di mana saja kesalahan yang selama ini terjadi, dan menghambat proses untuk menjadi diri sendiri (dengan hukum yang bernurani), dan mampu melihat pola keberpihakan hukum (pada siapa dan kenapa).

Berfilsafat = Sosiologi (Hukum)?

Untuk melihat semuanya kembali kepada akar dan membangkitkan potensi keberpihakan hukum kepada kebenaran secara lebih baik (tidak secara utuh, walaupun itu yang harus dikesankan, tetapi politik hukum selalu memiliki pertimbangan yang tidak kita sukai, keberpihakan pada hal lain, selain keadilan bagi siapa saja), dan bebas kepentingan negatif. Maka perlu pendekatan yang lebih rooting. Pendekatan yang lebih dapat mengakses data base pengetahuan tentang hukum, dan application-nya. Pengetahuan itu dapat diantarkan oleh peran sosiologi murni kepada hukum.

Filsafat kepada hukum memberikan landasan bersimulasi dalam ukuran dasar-dasar etika dan estetika keberadaban, dengan tujuan untuk memberikan takaran yang pas dalam cara berfikir dan menelurkan gagasan serta konsep hukum yang logis dalam maknanya sebagai bagian dari kebutuhan batin masyarakat. Sedangkan Sosiologi Hukum memberikan langkah klarifikasi terhadap logika dan berbagai hipotesa dalam tahap filosofis.

Dalam tingkat filsafat akan ditemui berbagai idealisme yang masih ada di dalam angan, dan filsafat akan sangat membutuhkan data lapangan, data realistis empiris. Untuk mendukung, menyangkal, melemahkan, atau memperkuat hipotesa awal. Dengannya lantas filsafat itu akan berkembang, dan secara siklikal akan senantiasa membutuhkan informasi dan data baru dari ruang sosialnya. Maka dalam hal ini, kejujuran dalam memandang masyarakat dipercayakan kepada suatu kajian yang kita sebut sosiologi, bidang yang terus menerus melepaskan diri idealis filsafatnya dan menemui fakta lapangannya dengan alat-alat ukur yang terus up graded. Ia melepaskan diri dari filsafat, mencoba meraih data faktual mencerna lantas menelurkan pemikiran baru (ketiganya diproses dengan peralatan yang kontekstual). Pemikiran baru itu lantas memberi asupan ide kepada filsafat, lalu berkembang kepada idealisme, lantas keinginan penggalian secara ilmiah sosiologis, dan seterusnya, dan seterusnya.

Maka kejujuran dalam menciptakan idealisme hukum mesti tidak lepas dengan filsafat hukum serta pencandraan sosial dengan perangkat sosiologi (hukum). Dari sinilah kita berangkat mengangkat bentuk-bentuk kritis, dan semua ide semestinya menjadi gerakan yang mencerahkan siapa saja dalam ruang sosial. Satu ruang terhadap lainnya, dalam tiap layer.

Kekuatan untuk senantiasa ber dialektika dengan idealisme dan kesahihan pengamatan sosial akan memberikan santapan yang kukuh dan berkesinambungan. Sehingga ide tidak akan lagi (sekecil mungkin) terlucuti saat menghadapi pertarungan non-virtual di masyarakat. Dan hukum akan tak tanggung-tanggung berjalan dan tak lagi tanggung, tak main tabrak.[sr]

Monday, October 3, 2011

Pendekatan Sosiologi Hukum pada Cybercrime?

"Cybercrime masih saja menjadi bidang hukum yang eksklusif di Indonesia, masih jarang yang menyentuhnya, walaupun sebenarnya kian banyak orang yang terlibat dan berpotensi memiliki permasalahan dengan cyberlaw, khususnya yang berkaitan dengan aspek-aspek pidananya."
Memahami cybercrime dengan mendekatinya secara sosiologis dalam beberapa aspek memiliki keutamaan. Sebagaimana juga pendekatan terhadap sisi-sisi hukum pidana lainnya.

Sekali lagi apa pun pendekatan hukumnya, perlu memerhatikan aspek-aspek kebenaran teoretis yang terhubung secara benar terhadap kenyataan an sich.

Dalam pendekatan sosiologi kritis, kita akan mengenal bagaimana cara memilah pengetahuan dan kepentingan. Diasumsikan bahwa apapun yang kita dapatkan sebagai informasi dari suatu tinjauan terhadap ruang sosial, adalah hasil dari saringan sistem. Kekuasaan akan suatu pengetahuan akan memberikan ketidakjujuran pada khalayak, karena merekalah residu dari informasi. Wujud dari pengaruh informasi.



Jika tidak dengan melakukan kritik terhadap kenyataan, menyibak apa yang ada di balik pemberitaan. Kita akan menjadi mangsa dari kekuasaan. Pendekatan kritis terhadap sosiologi hukum adalah wajib. Karena apa? Karena ini menyangkut hak hidup semuanya, termasuk saya dan Anda.

Dalam permasalahan pembentukan opini hukum di berbagai media massa, mereka tidak berdiri secara otonom terpisah dari berbagai kepentingan. Karena kepentingan adalah bawaan dari kekuasaan, dan kekuasaan menancapkan kukunya sejak lama, sejak kita mulai belajar memahami sesuatu. Katakanlah negara memiliki tujuan yang harus diraih, maka akan dibenamkan di dalam benak masyarakatnya berbagai talian tentang tujuan bersama. Semua yang tidak sesuai dengan kepentingan negara, atau bahkan melawan, akan diberangus. Dan ini adalah kepentingan kekuasaan dalam tujuan bersama yang positif, selama tidak disalahgunakan secara zalim.

Sebagai alat kekuasaan, hukum akan memberikan konsep-konsep dalam bersikap dan berperilaku yang semestinya di lingkup kekuasaan negara. Akan tetapi terkadang kepentingan negatif dari pihak tertentu yang ingin mengambil keuntungan dari kekuasaan, dan terkadang dalam usaha untuk melanggengkan kekuasaan, bukan tidak mungkin juga memengaruhi konsep dan struktur hukum. Kebenaran konsesual muncul dari claim kekuasaan atas kebenaran, kekuasaan menggerakkan tangan-tangannya dalam politik. Dan kita juga mengenal istilah 'politik-hukum', bagaimana hukum itu dibentuk tidak lepas dari berbagai represi dan ekspresi politis kekuasaan. Dan semua seringkali terlalu halus untuk bisa dibedakan secara tegas, mana yang pro terhadap kekuasaan dan mana yang pro terhadap kepentingan negara dan rakyat.

Pendekatan Sosiologis menciptakan kedekatan riil terhadap publik, melepaskan diri dari teori-teori 'arm-chair' (teori yang disusun berdasarkan pengamatan dari balik meja kerja, tanpa turun ke lapangan), dan membebaskan dari klaim pengaruh negatif politik atas kebenaran nafas hukum yang murni muncul dari masyarakat.

Dan Cybercrime?
Dan cybercrime adalah dalam wilayah yang rentan, saat sumberdaya manusia yang lemah dalam penanganan hukum cyber (terutama kejahatan cyber). Saya masih tak habis pikir jika batasan delik dalam undang-undang terkait masih terlalu tak teratur, dan belum sepenuhnya KUHP maupun mekanisme penanganannya di KUHAP belum juga di up date, maka. Akan banyak kasus yang tidak selesai dengan baik.

Akan muncul banyak penangkapan dan penggeledahan yang tidak pada tempat dan terhadap orang yang tepat. Akan terjadi over criminalisation terhadap banyak kasus, yang melibatkan interaksi cyber dan offline. 

Bagi sosiolog hukum, memandang ruang dan celah yang masih banyak kosongnya dalam pembahasan kejahatan cyber, adalah sebuah peluang untuk menguji gagasan sosiologi terhadap pembentukan hukum dan memahami bagaimana masyarakat tersebut memahami makna hukum serta membangkitkan kebutuhan terhadap ketertiban.

Bisa dibilang, dalam menerapkan kajian terhadap masyarakat (dalam bidang apa pun). Kajian sosiologis adalah kajian filosofis (mendasar) dari kerumunan manusia yang berinteraksi dan menciptakan etika serta kesepakatan-kesepakatan serupa lembaga-lembaga di dalamnya. Ini seperti memahami manusia sebagai organisme, begitupun masyarakat adalah organisme atau biasa dikatakan terorganisir, berupa organisasi. Yang tumbuh dan berkembang, serta menghadapi permasalahan dan pertentangan di dalamnya.

Dalam ruang jagad raya hukum cyber yang masih muda, anomali masih besar potensi terjadi dalam jumlah besar, dan kenyataannya, masih selalu mencari keteraturan. Hukumlah (dengan sensitifitas sosiologi hukum yang ada di cabangnya), yang mampu mengatur dan menertibkannya, dengan memahami pola masyarakatnya. Maka era hukum rimba cyber pun dapat lebih diberadabkan menjadi civil society cyber. Maka gejolak di dalamnya akan lebih dapat ditentramkan. Dan akan memunculkan pertumbuhan positif terhadap masyarakat dan kemajuan teknologi yang bertautan dengan perikehidupan di dunia nyata.
[sarung]

Thursday, September 15, 2011

Pelaporan Cybercrime di Indonesia (yang masih minus)


  • Pernahkah Anda mengalami permasalahan di dunia cyber yang berkaitan dengan privasi Anda?
  • Seberapa besar pengaruh gangguan serta ancaman privasi tersebut terhadap kehidupan nyata Anda?
  • Bagaimana cara Anda menyelesaikan permasalahan itu?
  • Apakah Anda melaporkannya kepada polisi? lalu apakah laporan itu dilakukan secara offline ataukah online?
Mengejar idealitas pelaporan kejahatan secara online
Kepolisian negara Indonesia dalam kompetensinya sebagai penegak hukum dan pengawal tegaknya negara serta sistem hukum dan berbagai instrumen perundangan di dalamnya merupakan alat penegakan hukum dalam berbagai ruang gerak publik.
Dalam ruang-ruang yang ada di wilayah publik, berinteraksinya tiap individu, mempertukarkan berbagai kepentingan dan pencarian serta saling melengkapinya atas kebutuhan hidup. di dalamnya berkembang nilai-nilai yang disepakati bersama. Namun, dengan kian majemuknya ruang dan minimnya kemungkinan untuk berinteraksi langsung (meskipun jaringan digital menjadikan segala interaksi majemuk itu mungkin, tapi kenyataannya tidak semua orang berinteraksi dengan semua orang bersamaan. Pengenalan satu sama lain selalu dalam kapasitas yang terbatas, keintiman tertentu), hal itu menjadikan nilai selalu tergantung pada ruang-ruang.

Dalam nilai-nilai yang tumpah ruah (jika kita kumpulkan semuanya dari setiap ruang publik), terdapat kesepakatan tentang nilai-nilai hukum. Dan pokok-pokok nilai di dalam hukum adalah berlandaskan pada dinamisnya gerakan manusia dalam ruangnya yang membentuk nilai dan berkolaborasi dengan dasar-dasar moralitas. Maka jadilah hukum sebagai konsensus, yang disepakati secara terbuka maupun tersirat dalam perikehidupan.

Kepentingan Hukum, pada berbagai tindak kejahatan mayantara, adalah berusaha menyelenggarakan hukum dengan keadilan dan kemudahan di dalam meraihnya bagi siapa saja, secara merata. Itulah semestinya yang terjadi dan harus terlaksana. Dan oleh karenanya hukum melengkapi dirinya dengan berbagai perangkat, dan pihak penegak hukum sebagai perangkatnya melengkapi diri mereka dengan berbagai instrumen agar penegakan hukum bisa berlangsung dengan lancar dan efektif. Dan sistem pelaporan hukum adalah salah satu bagian terpentingnya.




[still typing... moving around look for a cup of coffee]

Friday, September 2, 2011

Pembunuhan (fisik) Cyber

Saya kira siapa pun pernah menggagas tentang pembunuhan karakter di dunia maya.
Di dunia maya dengan publisitasnya yang luas dan expansive kita dapat membunuh karakter dengan mudah, dengan memanfaatkan sedikit kemampuan manipulasi data, image, atau video. kita unggah, miringkan informasi yang menjadi captionnya, maka karakter dan nama baik bisa dengan mudah tercoreng. Kita punya banyak contoh di Indonesia, satu-satunya negara yang memperkarakan  "pencemaran nama baik di internet", melalui kebijakan perundang-undangannya.



Perangkat Keras dan Pembunuhan Fisik
Mengkomunikasikan antara perintah digital kepada perintah tindakan fisik yang mekanis, antara software dengan hardware juga merupakan kelaziman pada industri manufaktur yang berkembang pesat pada masa Soeharto. ITB, ITS, adalah beberapa ikon pengembangan teknologi komputasi-robotik dan semacamnya. Tapi ini tak ada sama sekali hubungannya dengan kedua ikon teknologi negeri kita itu, ini adalah kejahatan terencana.
Mari sedikit berandai-andai dengan cerita rekaan ini:
-----
Pada suatu malam, di ruang gelap sebuah gudang  tersetting dengan rapi handycam di atas tripod-nya, menyala secara otomatis, remoted. pada area 3x3meter cahaya terfokus, selebih itu gelap.
tepat di sisi lain cakupan sorot lampu terdapat kurungan tikus, di dalamnya terdapat seekor kucing kelaparan yang sangat kurus, entah dari mana ia dibawa atau ditangkap sehingga ada di dalam siaran si handycam.
Tepat di antara handycam dan kurungan tikus itu ada piring dengan potongan daging ayam goreng yang kucing manapun pasti tak bisa mengacuhkannya. Persis di bawah piring itu diletakkan adalah plat besi yang pada permukaannya dilumuri semacam lem yang berefek membunuh lebih keras daripada lem tikus.
...
Video ini diunggah atau tepatnya terhubung secara online dengan suatu situs jejaring sosial, online dan realtime, siapa saja bisa melihat si kucing itu di tangkapan kamera genggam itu.
Beberapa jam sebelumnya sang kameraman yang anonim, baik secara identitas maupun traced location di internet, menyebar isu tentang "berita ajaib tentang hidup dan mati makhluk dengan 9 nyawa, LIVE!"
Dan ia memberikan link social network dari video live itu, orang-orang mulai banyak hadir secara live menyaksikan apa gerangan yang akan terjadi dengan kucing kurus itu?
...
Time is running dear... penonton mulai mencapai beberapa ratus, dan mereka bertanya-tanya.
Satu orang memberitahukan kepada satu orang lain tentang pertunjukan ini, satu orang lainnya kepada satu lainnya. Begituuu seterusnya, tak habis-habis. Dan pengunjung live terus meningkat, beberapa ratus. Rating meningkat, diskusi meroket di samping si video. Semua penasaran.
Mereka mulai sadar, ternyata dengan semakin meningkatnya jumlah pengunjung, perlahan pintu kurungan itu terangkat naik, semua makin tertarik dan menghubungi teman-teman lainnya, "kita harus membebaskan kucing melas itu, ayo kunjungi video live ini..." mereka sadar bahwa peningkatan pengunjung menjadikan semakin melebarnya pintu kurungan dan kemungkinan si kucing keluar untuk memakan ayam itu.
"Ini pertunjukan yang menyenangkan bagi siapa saja, bagi anak kecil hingga dewasa..." semua berpikir begitu, jika ini adalah tentang penyelamatan binatang manis itu.
...
Dan si kucing berhasil menyusup keluar setelah hampir seribu pengunjung hadir live menyaksikan siaran amatir itu. Semua senang, dan saling bersukur di ruang komentar video itu.
Si kucing pun berlari menuju piring dengan potongan ayam goreng nikmat itu.
...
Beberapa jam sebelumnya seseorang secara sengaja melakukan hack terhadap sistem rate dan jumlah kunjungan situs jejaring sosial itu, ia piawai dalam mengkomunikasikan hitungan digital ke dalam gerak motorik, kali ini pada pintu kurungan tikus itu.
Pengunjung yang banyak, dan komentar tak terhitung itu memberinya banyak hasil di kantong Paypal-nya. Itu salah satu tujuannya. Money is power to tend 'something'.
...
Hal terakhir adalah, semua orang yang secara live hadir, akhirnya menyaksikan bagaimana kucing itu makan ayam goreng, lantas dalam sepuluh menit hitungan mundur terlihat mengejang, dan perlahan terkapar.
Kucing itu tak bisa lari kemana-mana, ia terjerat rekat lem di kakinya. Lem itu beracun dengan racun kuat yang menjalar dari kulit kakinya, menyusup di jaringan tubuhnya dan akhirnya cepat menghentikan otak dan jantungnya.
...
Semua orang sedih dan terus berkomentar secara 'rapid' pada video itu.
Beberapa menyesal "apa yang sudah kita lakukan? Kita malah membunuh kucing itu"
Beberapa mengutuki si kameraman.

Publik dan Potensi Kejahatan Massal
Original Intense dalam hasil kegiatan yang merupakan tindak kejahatan tidak selalu kesengajaan untuk melakukan kejahatan. Hal di atas adalah contohnya. Kesengajaan pembunuhan hanya ada pada si kameraman, tetapi justru kesengajaan online live para pengunjung itulah yang menjadikan pembunuhan itu mungkin terjadi. Ini adalah kejahatan bersama, dengan kesengajaan bertujuan lain. Dapatkah masing-masing orang itu dipidanakan untuk kejahatan pembunuhan? Mereka seribu lebih.
Keuntungan online atas rating dan jumlah kunjungan adalah pemicu pertama, jiwa kriminal adalah pemicu kedua. Yang keduanya hadir pada benak si pelaku kejahatan (kameraman). Dan pengunjung tidak memiliki original intense tentang itu. Dan mereka tidak ada dalam posisi membiarkan sesuatu terjadi, karena mereka tidak bisa mengatasi permasalahan yang ada di depan mata mereka.
Para pengunjung, melakukan hal yang mengakibatkan terjadinya pembunuhan, tetapi mereka juga tidak sengaja. Sengaja dan tidak sengaja secara bersamaan. Dan mereka secara bersamaan tidak mampu mencegahnya.
...
Menurut Anda mudahkah ini diselesaikan dengan penegakan hukum pidana yang tidak progresif terhadap kejahatan?
Menurut Anda apakah mungkin penegak hukum bisa menyelesaikan berbagai kasus kejahatan modern semacam ini, dan mungkin potensi yang lebih rumit lagi di masa yang akan datang?

Jangan Anda jawab pertanyaan ini sendiri, itu akan mencekam, dan membiarkan Anda di sudut ruangan gelap kebuntuan nalar. Berbaurlah dengan ilmu-ilmu lain, semoga kita bisa temukan pencerahan dan jalan keluar yang melegakan dan aman.[sarung]


ps: hal ini bukan sugesti kejahatan, tetapi sebuah bentuk baru possible attack.

Tuesday, August 30, 2011

facebook, twitter, dan kesabaran ummat dalam perbedaan lebaran

Kebetulan saya secara statistik tidak terdata jadi warga salah satu ormas Islam. Dan keributan di facebook maupun twitter sudah terasa.
Ribut soal perbedaan lebaran tidak sepanas tahun lalu, yang sebenarnya juga berbeda.
Sebenarnya tidak sepanas ini saya rasa, perbedaannya adalah kita berada dalam ruang publik yang lebih terbuka dan informatif, interaktifitas antara satu dan lainnya juga lebih terbuka luas.
Semua jadi mudah heboh dan bergejolak dengan adanya persebaran masalah yang ada. Semakin tinggi komunikasi maka perselisihan paket data yang dikirimkan akan semakin beragam dan masing-masing beda akan menciptakan mainstream sendiri-sendiri, dengan ketegangan masing-masing yang berbeda-beda (dengan banyak kata ulang, dan dengan tingginya perulangan informasi).
Tidak lagi membahas perbedaan cara pandang dalam menyelesaikan permasalahan penentuan awal bulan dan akhir bulan, pokok informasinya adalah sekedar berbeda dan keterkaitannya dengan berbagai hal khas Ramadhan dan 1 Syawal yang dielu-elukan.
Media / Jejaring Sosial di dunia maya memiliki ruang-ruang emosionalnya sendiri-sendiri. Kedekatan di antara satu pemilik akun dengan pemilik akun lainnya akan mampu menularkan ekspresi kegelisahannya atau kebijaksanaannya dalam memandang permasalahan ini. Terkadang penularan itu terlalu meledak dengan cepat, dan menjadi trend di twitter. Dan di Facebook lebih marak dengan perujukan informasi kepada sumber data di luar situs tersebut, yang tetap bisa fleksibel memainkan peran keterhubungannya dengan twitter.




Dan ternyata
Dan sekali lagi media jejaring social maya menjadi ruang kritik yang tajam terhadap keputusan MUI untuk mengeksekusi jatuhnya 1 Syawal pada 31 Agustus 2011. Ada kritik tajam terhadap konsep kepercayaan dan kepatuhan masyarakat muslim kepada "Ulil Amri", di saat otoritas pemerintah telah mulai hilang dan surut dari hati masyarakat, apakah bisa kita disalahkan dan dituduh rendah dengan memakai pendapat yang populer dalam mengambil sikap terhadap penentuan akhir Ramadhan?
Sekali lagi, saya bukanlah seorang yang mengikuti erat pada pendapat salah satu ormas Islam negeri ini, tetapi saya menghargai perbedaan dan tidak ingin perbedaan justru diperumit dengan penetapan 1 Syawal pada malam saat sebagian yang lain sudah menentukan bahwa dua jam yang lalu sudah 1 Syawal.
Melalui MUI yang notabene adalah Islam-nya pemerintah, atau kebenaran ALLAH Swt yang hadir kepada ummat Indonesia (dengan berbagai filter politis tentunya). Keadaan menjadi pelik.
Tidak hanya Muhammadiyah yang menjalankan Shalat Ied esok tadi (30 Agustus 2011) tetapi ada ribuan warga NU di Jawa Timur yang juga melaksanakannya (silakan baca: link ini), tetapi berhubung ketetapan pemerintah dan PBNU adalah sejalan dan sepakat untuk menetapkannya di hari Rabu, maka jumlah ummat yang ada di luar keputusan MUI adalah tidak minor, bisa jadi 50:50.
Dan pemerintah melalui otoritas MUI menang melalui poling dan penalaran mereka (dengan beberapa tokoh di dalamnya yang bertanggungjawab menentukan arah gerak ummat) siap menanggung kesalahan jamaahnya, yang dikarena kelalaian atau keangkuhan dalam memegang mandat.

Kritik Ideologi
Kritik terhadap ideologi adalah kritik terhadap kepentingan pemegang otoritas dan pengetahuan yang mereka miliki, untuk menggiring akal publiknya.
Kritik dari contoh luas kita di ruang underground cyber, memberikan contoh mendasar bagaimana kesalahan yang ada dan merasakan bahwa dirinya mapan dan benar sendiri akan terus dikritik dan mendapatkan gesekan keras dari mereka yang menemukan kesalahan atasnya, dan hal ini dilakukan secara bebas. Dengan memanfaatkan  ruang publik dan kemungkinan luas publisitasnyalah individi menyebarkan pembelaannya dan dukungan praktisnya ke dalam ruang sosial mayantara. Dari sanalah fakta akan menemui pendapat kolektif.
Kritik kekuasaan MUI dan fakta yang berkebalikan di lapangan adalah kepongahan mereka kali ini, dan ummat memang perlu menanggung sabar sebaik mungkin dan menjadi bijaksana.
Masyarakat terus belajar bijaksana dengan menyaksikan orang-orang yang kurang bijaksana, begitulah manusia yang dibekali sabar dan tawakkal bersikap. Semoga ALLAH senantiasa merahmati ummat Islam di bumi Nusantara, dan ummat lainnya yang harus menanggung kesalahan teoritis dan kesalahan penerapan kekuasaan negara saat ini. Semoga doa untuk dihapusnya pemerintah rusak dan bermasadepan suram itu segera terlaksana.

Dan
Semestinya bukan kebencian yang bersulut sulut dalam menghadapi ini semua. Publik bisa menciptakan kritik massalnya dengan kedekatan satu sama lain dalam ruang sosial mayantara, ruang yang memudahkan orang bersentuhan dengan mereka yang lebih banyak. Keadaan era informasi digital adalah era saat yang mayoritas dalam jumlah akan menggerakkan sistem, bukan lagi kekuasaan yang tidak bertanggungjawab yang terdiri atas beberapa orang kurang amanah.
Kini tak ada lagi efektifitas surat kepada pemimpin, Jejaring sosial maya adalah jawaban pas untuk menggerakkan ruang, dari ruang maya kepada ruang nyata.
Semua ini menjadi mungkin, karena internet tidak dikontrol oleh otoritas yang otoriter dan menindas beberapa hak Anda.
Tetapi, setidaknya Anda harus selalu waspada dan terus mawas diri terhadap ruang maya Anda. Tidak semua informasi di sini adalah benar sepenuhnya.
Dalam lautan informasi inilah, justru ada hitungan tak terbatas (yang terus meningkat), atas celah distorsi. Yang mampu menyimpangkan pikiran dan nalar Anda tentang sesuatu.

"Keep Learning and Watching around, keep aware"

Sunday, August 28, 2011

Kehancuran Negara dan Revolusi Tanpa Senjata


picture source: Cris Escher

Ini adalah percakapan antara saya dan seorang pensiunan AD yang tak pernah berhenti dengan jiwa prajuritnya, kami melihat negara ini dengan cara yang sama. Sama-sama geram, sekaligus optimis. Optimis dengan adanya gerakan perubahan untuk lebih baik.
Dan ini adalah pertemuan penilaian gagasan-gagasan dua generasi yang mencintai negeri Indonesia mereka, saat menjadi amil zakat fitrah Ramadhan ini.

Menurut Anda seperti apakah negara kita saat ini?
Jika kita berbicara mengenai negara, maka kita berandai-andai berada di dalam sistem pemerintahan. Pemerintahan adalah adanya hubungan komando antara tukang perintah dan yang diperintah. Di dalamnya ada kedaulatan negara dan kerelaan tiap unsur-unsurnya yang berupa rakyat dan bentuk-bentuk privat lainnya untuk diatur dalam suatu sistem, kerelaan mereka ini yang ada dalam negara adalah secara sukarela (namanya juga rela). Kedaulatan hidup dan kebebasan tiap individu dalam negara dipercayakan kepada sistem yang sekiranya dapat melindungi diri mereka dari buasnya kehidupan liar. Hal ini kita pelajari dalam dasar pengenalan tentang bentuk asal-usul negara.

Pada kenyataannya kegelisahan rakyat sudah sedemikian kurang dapat diserap dan diimplementasikan pemetintah dalam bentuk kebijakan-kebijakan praktisnya dengan baik. Kerelaan untuk diatur dan kurangnya perhatian Negara kepada masyarakat yang diaturnya sungguh bukanlah hal yang jujur dan seimbang, bukan suatu hubungan timbal-balik yang bermanfaat dan berjalan baik. Arogansi Negara sudah dirasakan oleh rakyat dengan jelas pada berbagai hal, dan tidak diingkari dalam berbagai hal lainnya juga Negara mengambil peran baik dalam mengelola jalannya sistem. Namun, kegelisahan yang cukup luas dalam berbagai unsur kehidupan yang dialami oleh rakyat rupanya tidak dapat dicakup dengan baik oleh para pengelola sistem.

Jika keadaan telah timpang, maka kepercayaan akan surut. Pada akhirnya Negara seperti agama yang sudah mulai berkurang orang-orang yang mengimaninya dengan baik, hanya simbol pada hal-hal tertentu. Ke-Indonesia-an bisa jadi hanya muncul dalam Timnas sepakbola bagi sebagian orang, dan tidak ada pada hal lain. Keyakinan masyarakatnya sendiri terhadap Negara dalam menjadi tumpuan hidup kian rentan.

Revolusi Tanpa Senjata
Kita, pada keadaan yang kira-kira mendekati keserupaan dengan keadaan yang memicu revolusi perancis dan beberapa revolusi lain. Saat ketimpangan antara proletar dengan tingginya posisi borjuis dan hilangnya ruang-ruang yang menjadi antara bagi keduanya, kemudian mendorong adanya ketimpangan ekstrim.

Kekuasaan dan uang di negeri ini sudah mampu membeli kebutuhan hukum dan kebutuhan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan soal makan. Yang kaya sudah sedemikian mencolok di antara kita, sedangkan yang kian menuju miskin meningkat dalam jumlah yang luar biasa.
[still typing...]

Friday, August 26, 2011

Hacker dalam Culture

Pertemuan dengan beberapa hacker adalah pertemuan yang mengesankan, bagaimana kemampuan mereka yang beragam dan dasar-dasar nilai yang mereka serap juga beragam.
Alasan seseorang melakukan serangan terhadap suatu situs pun sangat beragam, bisa karena alasan politis, ter0r, agama, pamer, sampai hanya sekedar iseng. Dan dari sedemikian banyak gagasan tentang serangan (cyber tresspass) yang menarik banyak perhatian adalah defacement. Defacement ini menerapkan beberapa trick dalam hacking, tetapi tidak semua defacer bisa kita katakan sebagai hacker, hal ini sangat relatif dengan kemampuan personal. Dan lebih dalam, tingkat kesulitan dalam melakukan serangan juga menentukan kemampuan pelakunya. Security web yang demikian kuat akan membutuhkan serangan dengan kemampuan hebat, tidak hanya serangan seperti kepada basis data yang memang mudah dibuka melalui celah yang populer (kalau yang ini, siapa pun bisa mengimplementasikannya, dengan bantuan google dan beberapa tindakan lebih lanjut).


Hacker dalam pandangan umum
Masyarakat memiliki pandangan yang berbeda beda tentang hacker dan dunianya, akan tetapi sebagian besar yang mereka dapatkan adalah definisi yang tersebar di media massa. Media ini lantas memengaruhi pandangan pada pengambil kebijakan, dan begitu pula terus berantai. Orang-orang yang memahami dan mengambil konsep 'hacker' itu dengan apa adanya dari film-film yang mereka tonton, atau buku-buku sains-fiksi yang mereka baca, dan berita-berita tentang kejahatan cyber di koran dan televisi dan isu-isu yang menyebar di jejaring sosial. Konsep tentang hacker kemudian bergeser dari bentuk awalnya, konsep ini terdistorsi oleh media dan peran mulut-telinga-mulut-telinga yang tak habis-habisnya.
Dan kelemahan informasi yang tidak ada patokan idealnya adalah, pengertian tentang sesuatu itu pastilah akan sangat mudah terdistorsi.
Oleh karenanya, pada akhirnya, pemahaman dan pengenalan setiap orang mengenai 'hacker' dan dunianya adalah tergantung kepada dua hal utama:
  1. Persentuhannya dengan dunia hacker secara interaktif. Yang dapat memanfaatkan komunikasi atau media pembelajaran yang ada dalam komunitas, jauh dan dekatnya seseorang terhadap individu profesional hacker dan komunitasnya akan memberikan persepsi atau pemahaman yang beragam. Keberagaman kelompok hacker juga menentukan pandangan ini.
  2. Kepercayaan kepada media kultural. Media seperti televisi, buku, berita via internet atau koran digital dan sebagainya, apa pun yang diberitakan dan disampaikan di dalamnya sangat tergantung kepada kepercayaan publik. Semakin kepercayaan itu mudah dibentuk, maka persepsi di benak penyimaknya akan semakin mudah diarahkan dan berada di bawah pengaruhnya. Termasuk persepsi tentang 'hacker'
Untungnya adalah, hacker kini semakin mudah kita temui dalam kehidupan seiring interaktifitas kita dengan dunia maya dan kebutuhan kita akan keamanan dan kenyamanan di dalamnya. Hal ini mendukung keinginan kita untuk mengenal komunitas hacker lebih dekat, lantas memiliki kedekatan dengan hacker secara personal (di dalam .net). Kedekatan ini memiliki beragam alasan, bisa dengan alasan untuk mendapatkan ilmu, alasan untuk jadi teman, dan dari teman kita bisa mendapatkan keutamaan dalam hal bantuan keamanan sewaktu-waktu. Dan lain sebagainya.

Jika Anda masih ragu dengan kemungkinan untuk mendekati seorang hacker dengan baik, maka kenalilah sisi sosial mereka dan dapatkan ruang untuk lebih komunikatif, untuk membuka pemahaman satu sama lain, karena dari sanalah cara seseorang dapat memahami satu sama lain, dalam ruang-ruang digital, dalam hitungan bites dan dalam ketergantungan sinyal modem Anda. Dalam komunikasi dan dalam ruang sibuk para hacker, kecepatan koneksi adalah sisi lebih yang diperlukan. Karena sesekali kita bisa saling berbagi dengan koneksi yang lebih baik untuk teman hacker kita.
Akan tetapi satu hal yang patut diingat.
"Hacker adalah seniman, dan tidaklah mudah berinteraksi dengan seniman."
Ketahuilah seni dan dunia yang mereka dalami, kenalilah mereka dengan baik dan kesantunan Anda, maka mereka akan senang untuk Anda ajak berbagi pula. Rendahkanlah hati Anda untuk menyimak dan mau menyadari eksistensi hacker dan pentingnya mereka dalam dunia yang kita sebut 'ruang cyber' yang melipat segala ruang dan waktu yang sudah ada.
[sarung]

Friday, August 5, 2011

Berpikir tentang korupsi+politik+ekonomi Indonesia

Menyisakan sedikit waktu untuk memikirkan korupsi di Indonesia



Pertama, setidaknya janganlah menyampaikan ungkapan yang kadang disampaikan beberapa orang, "korupsi sebagai budaya bangsa Indonesia". pengertian ini sangat bertentangan atau merendahkan citra kebangsaan, dan makna 'budaya', karena budaya adalah karsa dan rasa yang terwujud dalam tindakan nyata yang tidak lepas dari nilai-nilai luhur sosial di dalamnya.
Kedua, bagaimanapun kekuasaan dan kecenderungan korupsi adalah hal yang perlu selalu diwaspadai. terlebih di indonesia ini, pasca suharto yang dipupuk semenjak era suharto. karakter kekuasaan yang diciptakan pada masanya memang menjadikannya dikelilingi oleh para penguasa-penguasa kecil di bawah posisi suharto.
Ketiga, sekali lagi saya searah dengan pak Winters soal pendapatnya tentang jejak oligarchy di indonesia yang berharap lahir di masa sukarno, subur di masa suharto, dan kemudian sporadis ke mana-mana di masa pasca suharto.
oligarchy sekali lagi adalah model yang sebenarnya khas dengan demokrasi modern, atau otoritanisme demokrasi khas era kekuasaan partai-partai yang mengenal koalisi dalam berbagi peran puncak.
oligarchy, menemukan energinya di era suharto, secara nasional kita dikontrol oleh kekuasaan dan kini uanglah yang membeli setiap hak utama tiap unsur publik. kita dikendalikan oleh segelintir penguasa ekonomi. dan kita dikurangi haknya untuk menikmati kesejahteraan, dikurangilah keutamaan kita sebagai warga negara.
Keempat, para anak-anak didik suharto yang tersebar di segala sektor kini, hampir tidak bisa dihitung, bahwa setiap mereka memliki kekuasaan juga di sektor-sektor ekstraksi atau penambangan. kita bisa lihat bahwa era sang guru yang mempopulerkan industri manufaktur, dahulu, memberikan kelas buruh yang besar. industrialisasi, kota sebagai konsep kesejahteraan.
kini pertambangan yang mereka kuasa dengan ijin eksplorasi dan penggalian yang gila-gilaan, menciptakan konsep uang instant, lebih cepat daripada konsep uang yang didapatkan buruh pada masa manufaktur. pertambangan adalah sisi lain neoliberalisme yang menggerogoti perikehidupan kita. bagaimana tidak? kontrol negara terhadap UU Agraria sengaja dilepas kepada industri yang jelas-jelas dilarang memiliki/membeli tanah dari rakyat, dan mereka disilahkan berproduksi dan merusak ekologi secara dahsyat. percayalah, bukti sudah banyak.
kini harapan rakyat pada hukum adalah pada sisi perlindungan lingkungan hidup, toh tidak satupun korporasi yang pernah bisa diseret ke meja hijau. upaya penegak hukum dalam mempersonalisasikan industri di meja hukum gagal. dan kebutuhan pokok ttg air udara dan tanah tidak terpenuhi, cemar. sedangkan angka kesejahteraan tiap kota diukur dengan ukuran khas bank dunia, yaitu: kesehatan, pendidikan, dan kemampuan membeli(daya beli). unsur perhatian lingkungan oleh pemerintah? non ya business!
kelima, kita wajib menyadari sisi desentralisasi yang ada selepas 99', menciptakan keinginan daerah mengejar pendapat daerahnya, dan para pejabat negeri mengejar kekayaan, orang terpacu bahwa hanya dengan menjadi pns mereka akan sejahtera, ini pengkerdilan di negeri yang kaya. dan imbasnya, we have a fat beurocracy, dont we?
intinya memang goodwill dari pemimpin, tetapi sekali lagi, akar dan rengkuhan oligarchy yang sudah ada sejak lama justru menjerat setiap orang yang ada di posisi puncak, macet ide dan jelas tidak cerdas. dan sekali lagi, alhamdulillah, oligarchy yang carut-marut ini membentuk kekuasaan sektor-sektor publik yang terprivatisasi secara majemuk menciptakan represi politik secara tajam di setiap sisi. dan akhirnya, setiap politisi justru saling menelanjangi kesalahannya sendiri-sendiri.
inilah, korup yang mengakar pilihannya dua, dima'fu (oleh Gusti Allah), atau disapu. :D
intinya, ruang-ruang publik untuk dapat berkomunikasi antara satu sama lain, dalam tiap level, perlu diciptakan. yaitu ruang-ruang yang deliberatif. tiap-tiap pihak menundukkan egonya, sehingga satu sama lain bisa saling mengkoreksi dan memberikan jalan keluar, tindakan komunikatif adalah pilihan tepat dengan semangat pencerahan, dalam beban modernisme. untuk menjadi oposisi bagi ciri khas demokrasi modern yang oligarkhis. [12:21 wib, rabu/3/8/11, ide kebutan]

Hukum Penalaran dan Ilmu Hukum

  Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut ultricies efficitur nunc id accumsan. Aliquam quis facilisis felis. Integer...